Pendahuluan
Kayong Utara, sebuah destinasi yang mungkin jarang terdengar, menyimpan pesona alam yang luar biasa, salah satunya adalah Pantai Pulau Datok. Dengan semangat petualangan dan keinginan untuk menjelajahi tempat baru, saya memutuskan untuk melakukan perjalanan solo ke sana. Perjalanan ini bukan hanya tentang menikmati keindahan alam, tetapi juga tentang mengatasi tantangan yang muncul di sepanjang jalan.
Keberangkatan dari Rasau Jaya
Perjalanan saya dimulai dari pelabuhan Rasau Jaya. Saat itu, pukul 20.00 malam, saya tiba di pelabuhan dan harus menunggu lama untuk muatan barang dan penumpang lainnya. Suasana pelabuhan cukup ramai, tidak hanya dipenuhi oleh warga yang ingin pulang ke kampung halaman mereka, tetapi juga banyak mahasiswa yang hendak magang di Kayong Utara. Percakapan mereka tentang tugas-tugas kuliah dan magang menciptakan suasana yang hidup di tengah malam.
Tiket KM. Arif Jaya ( 1 orang + sepeda motor )
Setelah menunggu sekitar setengah jam, kapal motor Arif Jaya akhirnya berangkat dengan muatan penuh. Sepeda motor dan barang-barang bawaan penumpang memenuhi dek kapal. Dalam gelap malam, sesekali saya memandang keluar untuk melihat desa-desa yang kami lewati dan dermaga yang disinggahi. Salah satu dermaga yang cukup ramai adalah di Kubu. Setelah berhenti di sana, kapal melanjutkan perjalanan di tengah hujan deras, sementara sebagian besar penumpang mulai tertidur.
Perjalanan Malam
Menjelang tengah malam, kapal tiba di dermaga Batu Ampar. Di sini, beberapa penumpang turun, dan perjalanan pun berlanjut. Saya memutuskan untuk tidur, tetapi terbangun ketika kapal berhenti di salah satu dermaga kecil yang gelap untuk mengambil penumpang menuju Teluk Batang. Dari dermaga ini, saya tidak bisa tidur lagi, mata saya terus terjaga hingga kapal menurunkan penumpang di dermaga kecil lainnya.
Pagi menjelang, dan saya keluar untuk duduk di bagian depan kapal. Pemandangan subuh yang gelap mulai berubah menjadi terang pagi saat kami mendekati pelabuhan Teluk Batang. Sekitar pukul 06.00 pagi, kapal akhirnya tiba di pelabuhan, menandai akhir dari perjalanan yang panjang dan tenang.
Tiba di Teluk Batang dan Perjalanan ke Sukadana
Dari pelabuhan Teluk Batang, saya langsung melanjutkan perjalanan menuju Sukadana. Setelah melewati perjalanan malam yang panjang, saya berhenti sejenak di warung pinggir jalan untuk sarapan. Perjalanan menuju Sukadana memakan waktu sekitar dua jam. Jalanan yang saya lalui, terutama setelah diguyur hujan semalam, penuh dengan tantangan beberapa bagian jalan rusak dan berlumpur.
Setibanya di Sukadana sekitar pukul 08.00 lewat atau 09.00 pagi, saya mulai mencari tempat untuk menginap. Setelah beberapa pencarian, saya menemukan Penginapan Aulia yang terletak tidak jauh dari pusat alun-alun kota. Dengan harga Rp. 50.000 per malam, penginapan ini cukup nyaman, dilengkapi dengan meja, kursi, kasur, dan kipas angin. Kamar mandinya terpisah dengan kamar, tetapi masih dalam bangunan penginapan.
Baca juga : Touring Pertama Bersama Mx Club Pontianak Ke Entikong
Menjelajahi Sukadana
Setelah beristirahat sejenak, saya memutuskan untuk berkeliling Sukadana. Menjelang siang, saya shalat Jum'at di Masjid Agung Oesman Al-Khair Sukadana yang terletak di pusat alun-alun dan berada di tepi pantai. Setelah itu, saya mencari makan siang dan menemukan tempat makan yang cukup terjangkau. Dengan lauk ikan, sayur, dan kuah, serta minum saya hanya perlu membayar Rp. 15.000. Mungkin karena dekat dengan pantai, harga makanan di sini terasa lebih murah.
Selesai makan siang, saya kembali ke penginapan untuk istirahat dan tidur siang. Sore harinya, saya melanjutkan perjalanan ke Pantai Pulau Datok yang tidak jauh dari alun-alun Sukadana. Pantai ini memiliki karakteristik unik, terutama saat air surut, di mana area pasir menjadi sangat luas, dan untuk mencapai batas air laut dengan bibir pantai, kita harus berjalan cukup jauh. Banyak pengunjung bermain di pasir, dan sebagian lainnya mencari kerang ale ale.
Setelah menikmati keindahan pantai dan merekam beberapa video, hari mulai gelap. Saya memutuskan untuk kembali ke penginapan dan beristirahat, mengingat keesokan harinya saya harus menempuh perjalanan panjang kembali ke Pontianak.
Perjalanan Pulang: Ujian Ketahanan
Pagi harinya, meski hujan masih mengguyur, saya tetap memutuskan untuk pulang ke Pontianak melalui jalur darat, melewati jalur Trans Kalimantan via Tayan. Dengan nekat dan bermodal Bismillah, saya mulai perjalanan sekitar pukul 07.00 pagi setelah berkemas dan berpamitan dengan pemilik penginapan.
Perjalanan dari Sukadana menuju Ketapang cukup menantang. Hujan membuat jalanan menjadi lebih sepi dan berbahaya, terutama karena saya harus melewati bukit, hutan, perkampungan, dan jalanan rusak yang penuh lumpur. Setelah tiba di persimpangan Jalan Sungai Kelik-Sidu, saya merasa lega karena jalanan yang saya lewati mulai lebih baik. Namun, perasaan lega itu tidak berlangsung lama.
Di tengah jalan, saya melihat pohon bambu yang roboh menutupi jalan akibat banjir dan air pasang Sungai Pawan. Jalanan di sekitar Sungai Kelik-Nanga Tayap masih berupa tanah kuning yang hancur, terutama setelah hujan. Beberapa bagian jalan bahkan tergenang air banjir, membuat kendaraan-kendaraan besar seperti truk terjebak dalam lumpur yang dalam. Melihat ada sepeda motor lain yang berhasil lewat, saya pun mengikuti, meski dengan kesulitan yang cukup besar.
Di jalan perkebunan sawit, saya akhirnya terjebak di lumpur pada sebuah tanjakan. Beruntung, seorang kernet dan sopir truk yang sedang terjebak juga di sana bersedia membantu mendorong motor saya hingga ke atas bukit. Setelah melewati jalur yang cukup panjang melalui tanah kuning dan perkebunan sawit, saya akhirnya tiba di persimpangan jalan lintas Kalimantan. Saya merasa sangat bersyukur karena berhasil melewati jalur yang sangat menantang ini.
Sesampainya di jalan lintas Kalimantan, saya mencari tempat cuci motor untuk membersihkan sepeda motor yang penuh dengan tanah kuning. Setelah itu, perjalanan ke Pontianak terasa lebih aman, dan akhirnya saya tiba di rumah sekitar pukul 19.00 malam.
Baca juga : Taman Nasional Danau Sentarum
Penutup
Perjalanan solo ini menjadi pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Tantangan yang saya hadapi di sepanjang perjalanan, dari cuaca buruk hingga jalanan yang rusak, mengajarkan saya banyak hal tentang ketahanan dan tekad. Meskipun perjalanan ini penuh dengan rintangan, keindahan Kayong Utara, khususnya Pantai Pulau Datok, dan kepuasan menyelesaikan perjalanan ini sendirian, membuat semua usaha terbayar. Solo traveling memang menawarkan pengalaman yang berbeda, dan saya sangat merekomendasikannya bagi siapa saja yang mencari petualangan sejati.